Kamis, 16 September 2010

SEPSIS

SEPSIS Adalah sindrome yang dikarakteristikkan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah, yang dapat berkurang kearah septisemia dan syok septik.
DASAR DATA PENGKAJIAN
v Aktivitas/Istirahat
Gejala Malaise.

v Sirkulasi
Tanda Tekanan darah normal/ sedikit dibawah jangkauan normal (selama hasil curah jantung tetap meningkat).

v Eliminasi
Gejala Diare.

v Makanan /cairan
Gejala Anorexia, mual/muntah.
Tanda Penurunan BB menurun, penurunan lemak subkutan/masa otot, penurunan haluaran, konsentrasi urine, oliguria, anuria.

v Neurosensori
Gejala Sakit kepala, pusing, pingsan.
Tanda Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientasi, delinum/koma.

v Nyeri/Kenyamanan
Gejala Kejang abdominal, lokalisasi rasa sakit / ketidaknyamanan urtikaria / pruritus umum.

v Pernafasan
Gejala Takipnea dengan penurunan kedalaman pernafasan, penggunaan kortikosteroid.
Tanda Suhu meningkat, mungkin normal pada lansia atau menggigil, luka yang sulit / lama sembuh, drainase purulen, lokalisasi edema.

v Seksualitas
Gejala Pruntus perineal
Tanda Baru saja menjalani kelahiran / aborsi, pengeringan vagina purulen.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. DX I :
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
K/H :
Menunjukkan penyembuhan bebas dari sekresi purulen afebris.
Intervensi :
- Berikan isolasi / pantau pengunjung sesuai indikasi
Rasionalisasi :
Isolasi luka / linen dan mencuci tangan adalah yang dibutuhkan untuk mengalirkan luka, sementara isolasi / pembatasan pengunjung dibutuhkan untuk melindungi pasien imunosupresi, mengurangi resiko infeksi.
- Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
Rasionalisasi :
Mengurangi kontaminasi silang
- Atur posisi sesering mungkin, nafas dalam / batuk
Rasionalisasi :
Bersihan paru yang baik mencegah pneumoni
- Dorong pasien untuk menutup mulut / hidung dengan tisu pada waktu batuk / bersin
Rasionalisasi :
Mencegah penyeran infeksi mill droplet udara
- Lakukan inspeksi terhadap luka / sisi alat infasif setiap hari, berikan perhatian utama terhadap jalur hiperalimentasi
Rasionalisasi :
Mencatat tanda-tanda inflamasi / infeksi lokal, dan mengidentifikasi infeksi sekunder
Kolaborasi :
- Dapatkan spesimen urine, darah, spuntum, luka, jalur / selang invasif sesuai dengan petunjuk untuk pewarnaan gram, kultur dan sensitivitas
Rasionalisasi :
Identifikasi terhadap organisme septisemia adalah penting bagi efektivitas pengobatan.

2. DX II :
Hipertemi berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme penyakit.
K/H :
Suhu kembali dalam batas normal bebas dari kedinginan.
Intervensi :
- Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil/diaforesis
Rasionalisasi :
Suhu tinggi menunjukkan proses penyakit infeksius akut, pola demam dapat membantu dalam diagnosis
- Pantau suhui lingkungan, batasi/tambah linen tempat tidur sesuai indikasi
Rasionalisasi :
Suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal
- Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol
Rasionalisasi :
Dapat membantu mengurangi demam, penggunaan air es / alkohol mungkin menyebabkan kedinginan, peningkatan suhu secara aktual
Kolaborasi :
- Berikan antipiretik mis : ASA (aspirin) asetaminofen (tylenol)

Rasionalisasi :
Mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme dan meningkatkan autodekstruksi dari sel-sel yang terinveksi
- Berikan selimut pendingin
Rasionalisasi :
Menurunkan / demam umumnya lebih besar dari 39,5 40o C pada waktu terjadi kerusakan / gangguan pada otak.

3. DX III :
Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemi relatif.
K/H :
- Menunjukkan perfusi adekuat yang dibuktikan tanda-tanda vital stabil
- Nadi perifer jelas
- Kulit hangat dan kering
- Tingkat kesadaran umum
- Bising usus aktif
Intervensi :
- Pertahankan tirah baring, bantu dengan aktivitas perawatan
Rasionalisasi :
Menurunkan kerja miocard dan konsumsi O2, memaksimalkan efektivitas dari perfusi jaringan
- Pantau kecenderungan pada tekanan darah, mencatat perkembangan hipotensi dan perubahan pada tekanan denyut
Rasionalisasi :
Hipotensi akan berkembang bersamaan dengan mikroorganisme menyerang aliran darah menstimulasi pelepasan atau aktivitas dari substansi hormonal maupun kimiawi yang umumnya menghasilkan vasodilatasi perifer
- Pantau frekuensi dan irama jantung, perhatikan disritmia

Rasionalisasi :
Bila terjadi takikardi, mengacu pada stimulasi sekunder sistem saraf simpatis untuk menggantikan kerusakan pada hipovolimia relatif dan hipertensi, disritmia jatung dapat terjadi sebagai akibat hipoxia.
- Auskultasi bising usus
Rasionalisasi :
Penurunan aliran darah pada mesentrium (vasokonstriksi splaknik) menurunkan peristaltik dan dapat menimbulkan ileus peristaltik
- Pantau pH gaster sisi petunjuk
Rasionalisasi :
Stres dari penyakit dan penggunaan steroid meningkat resiko erosi / perdarahan mukosa gaster
Kolaborasi :
- Berikan cairan parenmteral
Rasionalisasi :
Untuk mempertahankan perfusi jaringan, sejumlah besar cairan mungkin dibutuhkan untuk mendukung volume sirkulasi

4. DX IV :
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan pada vasodilatasi / kompartemen vasculer.
K/H :
- Mempertahankan volume sirkulasi adekuat
- Tanda-tanda vital normal
- Nadi ferifer teraba
- Haluasan urine adekuat
Intervensi :
- Ukur / catat haluaran urine dan berat jenis, catat ketidakseimbangan masukan dan haluaran kumulatif
Rasionalisasi :
Penurunan haluaran urine dan berat jenis akan menyebabkan hipolemi
- Pantau tekanan darah dan denyut jantung
Rasionalisasi :
Pengurangan dalam sirkulasi volume cairan dapat mengurangi tekanan darah / cup, mekanisme kompensasi awal dari takikardia untuk meningkatkan curah jantung dan meningkatkan tekanan darah sistemik
- Kaji membran mukosa; kering, turgor kulit kurang baik dan rasa haus
Rasionalisasi :
Hipovolemi / cairan ruang ketiga akan memperkuat tanda-tanda dehidrasi
- Amati edema dependen / perifer pada sakrum, skrotum, punggung, kaki
Rasionalisasi :
Kehilangan cairan dari kompartemen vaskuler kedalam ruang interstitial akan menyebabkan edema jaringan
Kolaborasi :
- Berikan cairan IV, mis : kristaloid (DSW, NS) dan koloid, sesuai indikasi
Rasionalisasi :
Sejumlah cairan mungkin dibutuhkan untuk mengatasi hipovolemia relatif, menggantikan kehilangan dengan meningkatkan premeabilitas kapiler.

DAFTAR PUSTAKA

Ilmu Keperawatan Medikal Bedah Fakultas UGM Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright 2011
Cara Merawat Wajah

Powered by
Free Blogger Templates